BebasBayar



bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Kapankah Icardi dipanggil Timnas Argentina?


"Saya sangat tersanjung dengan kesempatan yang diberikan federasi Italia. Saya juga berterima kasih pada Cesare Prandelli atas pujian dan peluangnya untuk memanggil saya ke timnas Italia. Namun dengan segala hormat, saya adalah seorang Argentina, saya merasa sebagai orang Argentina, dan selalu bermimpi mengenakan jersey kebesaran timnas Argentina. Saya akan melakukan berbagai cara untuk mewujudkan impian tersebut," begitu tutur Mauro Icardi, pada Februari 2013 lalu.

Komentar itu keluar tatkala Icardi dihadapkan pada pilihan sulit, untuk menentukan kariernya di pentas sepakbola internasional. Ia yang tampil brilian bersama Sampdoria kala itu, ditaksir timnas Italia karena memiliki paspor negara tempatnya berkarier. Namun penggemar berat Boca Juniors ini lebih merasa sebagai orang Argentina, tempat dirinya dilahirkan.

Tiga tahun lebih sejak pernyataan tersebut keluar, Icardi -- mungkin saja -- samar-samar mulai menyesalinya. Benar bahwa ia melakukan segalanya supaya layak membela Argentina, tapi hingga detik ini Tim Tango secara kejam hanya pernah memberikannya sebiji caps.

Satu kesempatan yang membuat Icardi akhirnya bisa mengenakan  jersey  Argentina, meski cuma tujuh menit , hadir pada 15 Oktober 2013. Ia masuk menggantikan Augusto Fernandez, di mana negaranya kalah 3-2 dari Uruguay, dalam kualifikasi Piala Dunia 2014.


Tampak jadi permulaan yang buruk, tapi terasa cukup untuk merintis mimpi. Namun satu caps tersebut kini malah tampak menjelma jadi mimpi buruk buat Icardi. Lantaran laga yang dilakoninya masuk dalam agenda FIFA, kapten FC Internazionale ini otomatis mengugurkan peluang membela Italia, kalau-kalau dirinya berubah pikiran terutama menilik situasinya sekarang.

Melihat riwayatnya, sejatinya sedikit aneh buat Icardi ngotot memilih Argentina sebagai negara yang dibelanya di pentas sepakbola internasional.

Benar bahwa dirinya lahir dan tinggal di Rosario, salah satu kota terbesar di Negara Tango, tapi itu hanya sampai usianya enam tahun. Ia bersama keluarganya kemudian bermukim di Spanyol hingga usia 18 tahun, sebelum berkarier di Italia sampai sekarang.

Tapi abaikan fakta itu dan mari berbicara soal apa yang dilakukannya di atas lapangan. Icardi saat ini, tak bisa dipungkiri, merupakan salah satu penyerang dengan profil top di Eropa.

Icardi merupakan  Capocannoniere  Serie A Italia dua musim lalu. Suami Wanda Nara ini juga sudah melesatkan 63 gol di kompetisi yang terkenal dengan permainan defensifnya itu, sejak memulai karier pada 2011.


Satu fakta lain adalah bahwa di usianya yang baru 23 tahun, Icardi sudah dipercaya jadi kapten salah satu klub terbesar di dunia, Inter. Apa yang dilakukan lulusan akademi  La Masia  tersebut seharusnya sudah layak mendapat ganjaran lebih dari Argentina, dari sekadar sebiji caps.

Mungkin pembenaran akan bisa dilakukan, jika kita melihat situasi Argentina dalam setengah dekade terakhir. Pengoleksi dua gelar Piala Dunia itu dianugerahi segudang penyerang nomor wahid di dunia, sehingga persaingan di lini depan jadi luar biasa ketat.

"Jika Anda bukan penyerang yang spektakuler, jangan harap masuk ke timnas Argentina," begitu tutur legenda terbesarnya, Diego Armando Maradona.

Sepanjang periode itu Argentina punya Ezequiel Lavezzi, Rodrigo Palacio, Carlos Tevez, Paulo Dybala, Gonzalo Higuain, Sergio Aguero, sang agung, Lionel Messi, hingga Icardi sendiri.
Belum lagi hadirnya deretan  winger  berkelas yang memadati sektor penyerangan layaknya Angel Di Maria, Erik Lamela, Javier Pastore, Angel Correa, sampai Nico Gaitan.


Ditambah kenyataan bahwa Argentina selalu lolos ke final dalam tiga ajang akbar terakhir, mulai terasa wajar Icardi harus melewatkan Piala Dunia 2014, Copa America 2015, dan Copa America Centenario. Namun tetap saja tidak untuk koleksi satu caps-nya

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ICARDI & BOMBER YANG DIPANGGIL ARGENTINA
NAMA PENAMPILAN LIGA MUSIM INI GOL ASSIST
MAURO ICARDI 7 6 2
Gonzalo Higuain 7 6 1
Sergio Aguero 5 5 0
Lucas Alario 5 3 1
Paulo Dybala 6 1 2
Lucas Pratto 6 1 0

Paling ironis terjadi pada jeda internasional, yang akan berlangsung sepanjang dua pekan ini. Meski Inter inkonsisten, Icardi mampu tampil luar biasa sepanjang periode awal musim ini.

Total Icardi telah mencetak enam gol plus dua assist dari tujuh penampilannya di Serie A. Namun lagi-lagi dirinya tak disertakan dalam skuat Argentina, yang diasuh oleh pelatih anyar, Edgardo Bauza.
Padahal dari lima penyerang yang dipanggil, produktivtas Icardi adalah yang terbaik. Sergio Aguero plus duo Juventus, Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala, bahkan tak mampu menandinginya.

Segalanya makin suram, karena Bauza malah lebih memilih penyerang lokal yang mungkin tak pernah kita dengar namanya, yakni Lucas Pratto dan Lucas Alario. Sang juru taktik kemudian menjelaskan alasannya tak memanggil Icardi.

"Saya sudah berbicara dengan beberapa sosok dalam tim dan tak ada masalah dengan Icardi. Namun saya hanya membutuhkan satu penyerang murni dan pilihan itu jatuh pada Higuain, menilik pengalamannya. Sementara Pratto sudah saya kenal dengan baik dan pemilihan Alario untuk masa depan tim," terang Bauza.

Alasan yang disampaikan Bauza secara tak langsung membuktikan bahwa tak ada perhatian khusus darinya untuk Icardi. Ia tampak tak paham bagaimana statistik mengesankan  Maurito   juga usia sang pemain yang masih 23 tahun.

Jika alasannya adalah perilaku di luar lapangan -- menilik beberapa insiden kontroversial Icardi -- Bauza sendiri pernah menyatakan bahwa yang terpenting adalah aksi sang pemain di atas lapangan. Senada dengan pernyataan yang sempat dilontarkan Alejandro Sabella dan Gerardo Martino, dua pelatih Argentina sebelumnya yang juga mengabaikan Icardi.

Suara bomber senior Argentina,   Carlos Tevez, soal dukungannya pada Icardi untuk kembali membela Albiceleste  pun hanya jadi letupan kecil, atas ketidakadilan yang diterima sang pemain.
Toh  mayoritas publik Argentina juga tak peduli apakah Icardi ada dalam skuat timnas atau tidak, seturut dengan kemewahan penyerang yang dimiliki. Mustahil pula untuk mereka menggelar demo dukungan besar-besaran, seperti ketika Messi sempat memutuskan pensiun dari pentas internasional. "Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri", tampak jadi peribahasa yang cocok untuk Icardi. Dirinya mungkin tak dicintai bahkan tak diinginkan Argentina, tapi memilih bungkam untuk menaruh hormat dan mempertahankan keteguhan hati.


Bagaimanapun karier Icardi masih panjang. Ia layak berharap kemalangan yang lekat menaunginya di timnas Argentina segera lenyap

~ SUHERMANTO ~

No comments:

Post a Comment